Adventurer Mendem

Low Cost Traveller

Sorry, saat ini Blog telah pindah alamat ke www.backpackermbois.com

Copyright © Adventurer Mendem | Powered By Blogger
Design by WebSuccessAgency

Popular Posts

Adventure consultant

We are not business travel. We just give You informations abaut Backpack, Destinations, and many other abaut Explore. Our house in Banyuwangi regency. Exactly: Jl. Cabean No. 02 - Bulurejo village, Purwoharjo district. +628 589 520 764 3

Site of

Site of

Sabtu, 03 September 2016

Beberapa waktu terakhir ini Banyuwangi dijubeli oleh banyak wisatawan, baik wisatawan domestik juga wisatawan bule. Salah satu destinasi yang jadi incaran ialah pantai. Ya yang paling banyak menyedot perhatian sih pantai Pulau Merah atau yang familiar dengan sebutan Red Island, yang mana pantai tersebut katanya sebelas-dua belas mirip dengan pantai Kuta yang ada di Bali. Selain Pulau Merah ada juga pantai yang tak kalah kece, berhasil mengangkat tourist trafic di Banyuwangi, yaitu pantai Teluk Ijo, pantai Boom, pantai Wedi Ireng, dan pantai Sukomade. Mungkin pantai-pantai tersebut sangatlah tidak asing buat kalian, bahkan buat orang bule sekalipun. Tapi tahukah kalian, bahwa akhir-akhir ini Banyuwangi salah satu pantainya tengah ramai jadi sorotan. Banyak dari para pengguna sosial media memerkan foto mereka dengan background pohon cemara yang letaknya di tepi pantai. Pantai apa?. Sesuai namanya, yaitu pantai cemara.

Pantai cemara bisa dikatakan destinasi pantai baru di Banyuwangi. Tepatnya berada di Dusun Rowo, Desa Pakis, Kecamatan Banyuwangi, Kabupaten Banyuwangi - Jawa Timur. Pantai ini mulai ramai sebagai tempat wisata sekitar tahun 2015. Dahulunya pantai ini bernama pantai Rejo yang mana merupakan pantai nelayan biasa. Berkat konservasi dan penanaman pohon cemara berjenis cemara udang tersebut kini pantai tersebut tak hanya menjadi tempat sandar perahu nelayan melainkan bertambah fungsi menjadi kawasan wisata yang menarik.
Aksesnya cukup mudah, berjarak kurang lebih 2KM dari pusat Banyuwangi. Untuk retribusi kita cukup merogoh kocek 2000 rupiah (biaya karcis kendaraan). Sebelum memasuki area pantai kita akan melewati sebuah sungai kecil yang ditumbuhi beberapa jenis pohon magroove. Setelah memasuki area pantai kita akan menikmati hamparan pasir pantai berwarna hitam, teduhnya pohon cemara yang seakan melambai-lambai tertiup angin, serta deburan ombak laut tentunya. Yang unik dari pantai ini ialah ditanamnya cemara pantai yang membentuk lorong atau goa, yang tentunya kece banget buat selfie dengan gebetan atau teman-teman kalian. Laper? Nggak perlu takut kelaperan kalau berada disini. Karna di kawasan ini berjajar warung makanan yang menyediakan beragam menu, seperti Banyuwangi traditional food, sampai kopi buat kalian yang gemar ngopi tentunya. Tapi inget ya, setelah menikmati hidangannya, entah dari beli di warung sekitar pantai atau bekal yang dibawa dari rumah tetep perhatikan kebersihan. Jangan lupa buang sampah pada tempatnya. Pasti kalian Traveller bijak kan, tentu paham soal itu.


Selain dijadikan kawasan wisata, pantai ini juga dijadikan kawasan konservasi penyu. Yaitu tepatnya berada disebelah kiri pantai. Disitu telah diberi pembatas area serta terpampang jelas papan himabuan untuk tidak memasuki kawasan konservasi tersebut, karena ditakutkan merusak atau mengganngu penyu yang dikonservasikan tersebut. Sekali lagi karena kalian Traveller bijak tolong dipatuhi aturan-aturan tersebut ya.

Enjoy,




Selasa, 15 Maret 2016

Ugimba - Puncak Carstensz, puncak tertinggi di Indonesia ini tentu menjadi impian bahkan primadona untuk kalangan pendaki tanah air. Puncak Cartenz dikenal sebagai puncak gunung yang unik, karena berada di khatulistiwa namun memiliki selimutan salju abadi.

Ada setidaknya 5 titik yang jadi tempat istirahat para pendaki saat mencapai Puncak Carstensz yang punya ketinggian 4.884 mdpl. Namun tentu saja, untuk bisa ke sana butuh perjuangan berjalan kaki berhari-hari lamanya.






1. Basecamp Danau-danau

Berada di ketinggian 4.300-an mdpl, Basecamp Danau-danau adalah lokasi favorit pendaki untuk kemping sebelum melanjutkan summit attack. Sesuai namanya, di sini terdapat banyak danau yang jumlahnya sekitar 10.

Warna-warna air danaunya pun berbeda-beda. Ada yang warna airnya hijau, biru dan juga ada yang jernih. Beberapa danau terlihat dangkal, namun ada juga yang sepertinya dalam dan belum diketahui kedalamannya.

Di Basecamp Danau-danau, pendaki juga bisa melihat Puncak Sumantri dan Puncak Jaya yang diselimuti es abadi. Di sini pula, kadang turun salju yang waktunya tidak bisa diprediksi.


Puncak jaya dan Puncak Sumantri dari Basecamp Danau-danau


2. Yellow Valley

Sekitar 1 jam berjalan dari Basecamp Danau-danau, pendaki akan menjumpai Yellow Valley. Diketahui, dulu lembah ini berwarna kuning yang terlihat dari pinggiran danau. Tapi kini, danaunya sudah tidak terlihat dan menyisakan pasir hitam saja.

Di Yellow Valley, lembah yang diapit dua pegunungan batu terlihat cantik. Ketika diselimuti kabut, pemandangan cantik itu akan berubah menjadi magis!


Pemandangan magis di Yellow Valley

Sebenarnya pendaki bisa memilih, mau kemping di Basecamp Danau-danau atau di Yellow Valley. Jika dari Basecamp Danau-danau lebih dekat ke Puncak Sumantri dan Puncak jaya, maka dari Yellow Valley lebih dekat ke Puncak Carstensz Timur yang punya salju abadi juga dan Puncak Carstensz.


Teras Besar

3. Teras Besar

Dari yellow Valley, pendakian ke Puncak carstensz dilanjutkan dengan menggunakan tali. Pendaki harus memakai perlengkapan rock climbing yang lengkap, dari harnes, cowstail sampai helm pelindung. Sarung tangan jangan lupa untuk dipakai, agar telapak tangan tidak terluka akibat gesekan dari tali.

Di ketinggian 4.600-an mdpl, merupakan tempat peristirahatan para pendaki. Setelah naik terus ke atas, di sinilah terhampar bebatuan kerikil dan pasir yang cukup landai. Tempat ini punya nama Teras Besar.

Dari sini, panorama Yellow Valley dari ketinggian terlihat jelas. Puncak Jaya dan Puncak Sumantri, turut terlihat di seberang sana. Di teras Besar, biasanya pendaki mengisi tenaga dengan minum dan juga memakan camilan.


Tebing dengan kemiringan 90 derajat

Harap diingat, sebelum sampai ke Teras Besar, pendaki diharuskan mengisi persedian air baik di Yellow Valley atau di Bascemap Danau-danau. Sebab setelah dua tempat itu, tidak ada lagi sumber air.

Di Teras Besar, medan pendakian makin berat. Dari sinilah, para pendaki harus berjuang memanjat tebing dengan kemiringan 90 derajat dan tingginya 100 meter lebih. Fokus, untuk naik terus ke atas!


Pendakian di Summit Ridge

4. Summit Ridge

Setelah dari Teras Besar dan melewati tebing dengan kemiringan 90 derajat, pendaki akan tiba di Summit Ridge yang berarti punggungan pegunungan. Di sini, jalur pendakiannya kembali landai, namun harus tetap menggunakan tali dan cowstail tidak boleh terlepas.

Walau landai, tapi treknya naik turun. Beberapa jurang, juga harus dilewati dengan pelan-pelan sambil cowstail terus terpasang. Summit Ridge sudah berada di ketinggian 4.700 mdpl lebih. Aetinya, udara makin tipis!

Dari Summit Ridge, pendaki akan sejajar dengan Puncak Sumantri dan Puncak Jaya. Es abadinya terlihat begitu dekat dan jelas. Tak hanya itu, willayah tambang Grasberg di Freeport yang bentuknya bundar ke dalam tanah pun terlihat dari sini.


Puncak Sumantri dan Puncak Jaya yang terlihat jelas

Di Summit Ridge, cuaca makin tidak bisa diprediksi. Saat langit sedang cerah, kadang bisa langsung gelap seketika tertutup kabut. Hal inilah yang membuat pendaki tidak boleh berlama-lama di Summit Ridge dan harus cepat menuju Puncak Carstensz.

Di Summit Ridge, para pendaki juga akan bertemmu bongkahan-bongkahan es. Malah, hujan salju juga kerap turun di sini.

5. Kandang Babi

Salah satu jurang yang harus dilewati para pendaki sebelum ke Puncak Carstensz, bernama Kandang Babi. Entah siapa yang menamakan pertama kali, namun Kandang Babi ini sudah dikenal sebagai jurang paling mengerikan!

Bayangkan saja, Kandang Babi ini berupa jurang selebar 15 meter di ketinggian 4.800 mdpl. Kedalaman jurangnya mencapai 600 meter. Jika jatuh ke bawah, bisa terperosok sampai ke Yellow Valley!


Menyebrangi Kandang babi

Untuk melewati Kandang Babi, ada dua cara. Cara pertama dengan teknik tyrollean yaitu menggantung di tali dan bergerak memakai tangan. Cara kedua, berjalan melewati kawat besi dengan dua cowstail yang terpasang di tali pengaman.

Melihat ke bawah, bikin jantung berdetak kencang. Tapi di kejauhan, lagi-lagi Puncak Sumantri dan Puncak Jaya terlihat jelas. Dari Kandang Babi, masih butuh waktu sekitar 2 jam untuk tiba di Puncak Carstensz.

Berani melewati Kandang Babi ini dan berfoto di sana?. Sayangnya tidak semua bisa merasakan sensasi tersebut. Karena selain membutuhkan dana yang tidak sedikit untuk summit ke Cartenz, nampaknya kalian harus benar-benar dari kalangan pendaki profesional. Karena apa, teknik serta perlengkapan selama ekspedisi harus benar-benar mumpuni.

Oke, keren..

sumber: detik.com



Banyuwangi - Ini ada yang menarik lagi dari kabupaten yang dikenal sebagai sunrise of java. Di kaki Gunung Ijen, terdapat Air Terjun Kedung Angin yang masih perawan dan masih belum terlalu booming di kalangan traveller, bahkan untuk lokal Banyuwangi sekalipun.

Berjejerrnya pegunungan di Banyuwangi membuat kabupaten paling ujung timur Pulau Jawa ini memiliki air terjun yang menambah keindahan alam. Tak banyak yang tahu, jika di kaki Gunung Ijen, di Dusun Pakel, Desa Pakel, Kecamatan Licin terdapat air terjun yang menakjubkan.

Masyarakat sekitar menyebutnya Air Terjun Kedung Angin. Karena air yang jatuh dari tebing berbatu setinggi hampir 10 meter ini mengeluarkan suara gemuruh, warga sekitar menyebutnya Kedung Angin.

Air terjun ini berlokasi sekitar 20 kilometer dari pusat kota Banyuwangi. Bisa dicapai dengan kendaraan roda dua dan roda empat. Sebelum memasuki lokasi air terjun, pengunjung bisa menikmati indahnya sawah yang bersusun dan hutan cemara gunung. Selanjutnya, pengunjung harus berjalan ‎kaki sejauh 1 km untuk turun menuju lokasi air terjun.



Tentu saja air terjun ini sangat cocok buat kalian yang ingin melepas penat, sekaligus bisa berselfie ria untuk pamer di instagram. Tapi sekali lagi, semua harus di lakukan dengan safty, karena keselamatan kita yang lebih penting. Selamat menikmati ya...






sumber: detik.com



Banyuwangi - Banyuwangi tengah fokus mengembangkan wisata minat khusus dibandingkan dengan mass tourism. Hal ini sesuai dengan karakteristik daerah tersebut yang kaya wisata alam dan budaya.

Kementerian Pariwisata (Kemenpar) menilai pilihan pengembangan pariwisata Kabupaten Banyuwangi yang tak menggarap segmen mass tourism (pariwisata yang bersifat massal) sudah tepat sesuai dengan karakteristik daerah berjuluk Sunrise of Java itu.

Banyuwangi tinggal meningkatkan branding agar semakin dikenal di dunia global. Apalagi, setelah Banyuwangi berhasil meraih penghargaan dari Badan Pariwisata Perserikatan Bangsa-Bangsa (The United Nations World Tourism Organization/UNWTO) untuk kategori "Inovasi Kebijakan Publik dan Tata Kelola Pariwisata".

"Terus terang saja, tidak banyak daerah yang punya visi pengembangan wisata seperti Banyuwangi. Kabupaten ini sejak awal positioning-nya langsung yang bukan bersifat mass tourism. Dan ini harus terus konsisten," ujar Asisten Deputi Pengembangan Komunikasi Pemasaran Pariwisata Mancanegara Kemenpar, Noviendie Makalam saat mengunjungi desa adat Kemiren, Banyuwangi, Jumat (26/2/2016) malam.

Dia mengatakan, Banyuwangi sengaja memilih ekoturisme yang menjual keindahan alam dan kekayaan seni-budaya. Wisata minat khusus (special interest tourism) juga mendukung konsep ekoturisme dengan pengembangan destinasi Pulau Tabuhan Banyuwangi untuk selancar layang dan selancar angin.

"Banyuwangi menjual lokalitasnya, sangat spesial dan unik. Festival-festival budaya berpadu dengan destinasi alam. Konsepnya jelas. Ini kami dukung. Kemenpar telah memfasilitasi peningkatan kapasitas SDM wisata, seperti akhir pekan ini kami melatih praktisi wisata tradisi dan para penyelamat pantai. Sekolah Tinggi Pariwisata juga kami libatkan untuk meningkatkan kapasitas SDM wisata di Banyuwangi," kata Noviendie.

Dengan segmentasi wisata yang fokus, lebih mudah bagi Banyuwangi untuk menerapkan strategi pemasaran maupun strategi pengembangan lainnya.

Turis yang datang langsung tersegmentasi dari kelompok tertentu dengan belanja yang cukup besar, seperti penggemar selancar, pencinta petualangan, dan penikmat seni-budaya.

Kemenpar, sambung Noviendie, mengapresiasi berbagai langkah yang telah dilakukan Banyuwangi. Banyuwangi dinilai tidak selalu menunggu bantuan pemerintah pusat.

Pada awal-awal pengembangan pariwisata, Banyuwangi bahkan bergerak sendiri, seperti menyelenggarakan International Tour de Banyuwangi Ijen dan berbagai festival lain secara mandiri. Baru setelah Banyuwangi mendapat pengakuan banyak pihak, berbagai elemen mendukung langkah kabupaten yang berada di ujung timur Pulau Jawa itu.

"Kemenpar terus mendukung daerah yang punya geliat dan visi wisata. Tahun ini kami bakal meningkatkan pemasaran Banyuwangi. Kami bikin komunikasi pemasaran terpadu, integrated marketing communication untuk Banyuwangi agar semakin mendunia. Kami siapkan agency global untuk promosikan Banyuwangi. Kami menilai Banyuwangi sebagai destinasi siap jual,” ujarnya.

Selain itu, Kemenpar bakal memfasilitasi pembangunan jetty sebagai infrastruktur penunjang destinasi di Grand Watudodol dan Pulau Tabuhan, dua destinasi wisata di Banyuwangi yang kini mulai ramai dibanjiri wisatawan.

"Tentu juga ada pelatihan peningkatan kapasitas SDM pariwisata," kata dia.

Sementara itu, Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan, pihaknya terus berbenah untuk mengembangkan sektor wisata.

"Kami berterima kasih atas support dari Kementerian Pariwisata. Juga kepada Pemprov Jatim yang telah ikut membantu promosi kami," kata Anas.

Pariwisata menjadi andalan karena efektif dalam mendongkrak ekonomi lokal. Pariwisata ikut meningkatkan pendapatan per kapita warga Banyuwangi yang menurut Badan Pusat Statistik (BPS) melonjak 62 persen dari Rp20,8 juta (2010) menjadi Rp33,6 juta per kapita per tahun (2014).

Geliat bisnis dan pariwisata juga ditunjukkan lewat lonjakan jumlah penumpang di Bandara Blimbingsari Banyuwangi yang mencapai 1.308 persen dari hanya 7.826 penumpang (2011) menjadi 110.234 penumpang (2015).

"Tahun ini kami menyiapkan sejumlah inovasi, seperti Banyuwangi Weekend. Dalam waktu dekat kami luncurkan," tutup Anas.


sumber: detik.com

Our soscial

Popular Posts